Sabtu, 12 Oktober 2013

#RamadhanBercerita – Nasi Bungkus Persaudaraan



Hai, teman-teman :))
Sekitar 5 tahun yg lalu, setelah saya lulus dari sebuah SMK Katolik di Malang, saya memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di sebuah instansi pendidikan yg memiliki jurusan Perhotelan didalamnya. Selama kurang lebih 3 bulan saya menempuh pelajaran teori, tiba saatnya untuk melaksanakan program Praktek Kerja Lapangan (PKL). Dan kebetulan saat itu, saya dengan beberapa teman saya mengikuti tes penempatan di Hotel Shangrila Surabaya. Puji Tuhan dari serangkaian tes, saya lolos dengan nilai terbaik kedua di hotel tersebut. Materi tes yg menggunakan bahasa Inggris dengan sedikit bahasa sebuah suku di Kongo Selatan, berhasil membawa saya lolos tes pada hari itu, dan saya ditempatkan di posisi yg sangat strategis menurut atasan saya, yakni Lift Attendant.
Perlu kalian ketahui, Lift Attendant adalah pekerjaan yg menuntut kondisi fisik yg prima. Bagaimana tidak, berdiri selama 8 jam kerja tanpa boleh duduk dan tugasnya hanya memencet tombol lift. Bisa dibayangkan apabila saya bekerja dalam 6 bulan saja, maka skill pencet memencet saya akan diatas rata-rata. Bahkan bisa dipastikan betis saya akan lebih ekotis ketimbang betis Usain Bolt yg hobi lari, betis Cristiano Ronaldo yg lari-lari mengejar bola di lapangan, maupun betis @sindyasta yg sudah pernah menang Kontes Betis Sehat Indonesia Pintar itu. Hehehehe
Anyway, ternyata saya salah sangka. Ternyata menjadi Lift Attendant bukan pekerjaan tetap saya. Karena posisi tersebut berada dibawah naungan Concierge Section atau lebih dikenal dengan Bell Boy pada umumnya. Dan menurut saya pekerjaan ini sangat keren. Kaena selain membawakan barang-barang tamu hotel, kami juga dituntut untuk memahami segala bentuk fasilitas didalam hotel, memahami segala bentuk pariwisata yg ada di kota Surabaya, dan tentunya semua itu dituntut untuk memahami dan mengaplikasikan bahasa Inggris dalam berkomunikasi dengan tamu-tamu hotel, khususnya yg berasal dari luar negeri.
Selang 3 bulan saya bekerja disana, tepatnya pada hari kedua puasa Ramadhan, saya diangkat menjadi pegawai kontrak disana. Merupakan pengalaman yg sangat baik bagi saya kedepannya. Dan saya merasa bahwa saya telah menjadi bagian dari keluarga besar hotel tersebut.
Pada suatu hari yg panas seperti biasanya iklim kota Surabaya, saya bangun pagi-pagi sekali pukul 4. Namun, bangun pada jam itu membuat saya terlambat untuk sahur. Sebagai informasi, pemilik kosan saya adalah seorang muslim yg taat. Dan pagi-pagi sekali biasanya sudah mempersiapkan hidangan sahur. Otomatis kami semua merasa terbantu dengan kebiasaan tersebut. Tak terkecuali saya, dengan senang hati mengikuti sahur bersama. Namun pada hari itu saya terlambat untuk mengikuti sahur bersama, karena malam sebelumnya lembur hingga pukul 00.30. Herannya, pintu kamar saya tidak digedor untuk membangunkan saya. Entah teman-teman saya lupa dengan keberadaan makhluk eksotis dan menawan seperti saya atau memang mereka memahami bahwa saya pulang telah larut semalam. Namun, hal ini yg menyebabkan saya tidak sarapan sebelum bekerja di pagi ini.
Akhirnya dengan perut lapar, saya berangkat menuju hotel yg berjarak 10 menit jalan kaki dari kos. Perjalanan yg cukup menguras tenaga karena cuaca yg panas pun menambah rasa lapar saya. Dan sudah pasti pada saat bekerja pun saya terlihat tidak sesemangat biasanya. Saya terlihat lunglai dan lemas. Untung saja dengan tingkat occupancy (hunian hotel) yg rendah pada saat bulan ramadhan membuat pekerjaan relative lebih ringan. Namun, hal ini sebenarnya semakin membuat saya ingat akan kondisi perut saya yg lapar dan semakin merasakannya. Saya sudah putus asa, putus tali persaudaraan, dan putuskan saja jalinan cinta kita, saat tiba-tiba Bell Captain memanggil saya. Saya sudah berpikir yg tidak-tidak karena dipanggil secara tiba-tiba ini. Saya takut diberi SP karena ketidaksemangatan saya dalam bekerja. Apalagi saya dikasih surat cinta oleh atasan saya, bisa repot. Repot membalas cintanya. Padahal Bell Captain itu cowok. Ouch…
Ternyata pemanggilan tersebut rupanya untuk memberikan saya sebungkus nasi. Saya kaget, untuk apa nasi bungkus ini. Rupanya nasi bungkus ini dibagikan sesuai kebiasaan section ini untuk sarapan. Dan nasi bungkus ini dibagikan kepada pegawai non muslim yg tidak melaksanakan ibadah puasa. Sontak saya terharu dengan kebiasaan yg ada disini. Bahkan yg membeli nasi bungkus tersebut adlah driver yg bertugas pukul 6 pagi untuk mengantar para pegawai Front Office hotel yg bertugas di Bandara Juanda, dan beliau adalah seorang Kyai di kampungnya.
Alangkah indah menurut saya kebiasaan yg ada didalam hotel ini. Para pegawainya bekerja berdampingan tanpa memandang suku, agama, ras, dan strata social. Semua bekerja sesuai dengan posisi dan job desk masing-masing. Namun nilai-nilai kekeluargaan sungguh dijunjung tinggi disini. Dan alangkah indah apabila semua elemen masyarakat mampu menghargai dan menerapkan konsep toleransi beragama dimanapun berada. Tidak hanya mengingatkan saja untuk meminta dihormati, namun melakukan tindakan nyata dalam rangka mempererat tali persaudaraan antar umat ciptaan Tuhan :))

Ini #RamadhanBercerita ku, mari posting #RamadhanBercerita mu, kawan :))
(@omes06)

#RamadhanBercerita – Sekelumit Pisang Goreng



Hai, teman-teman sekalian :))
Maaf ya saya sudah lama tidak posting cerita. Beberapa hari ini saya sibuk. Sibuk mikirin kerjaan, sibuk mikirin kenaikan bahan-bahan pokok di pasar, sibuk mikirin Olga yg selalu dateng telat di acara Pesbuker.
Okeh, malem ini saya mau cerita tentang pengalaman saya waktu kelas 5 SD. Waktu saya imut-imutnya dulu. Sekarang masih imut sih, tapi lebih banyak eksotisnya. Okeh, skip.
Pada suatu hari yg mengesalkan, saya pulang ke rumah naik angkot seperti biasanya. Dalam keadaan lapar parah. Jarak dari sekolah ke rumah kira-kira 35 menit kalau ditempuh menggunakan angkot. Dan mengapa saya bilang hari itu mengesalkan? Karena sedari pagi saya sudah uring-uringan. Pagi harinya, saya sebenarnya beangkat ke sekolah naik antar jemput langganan yg biasanya menjemput pukul 05.30. Namun entah mengapa pada hari itu tidak seperti biasanya, antar jemput yg biasanya datang tepat waktu, tak kunjung datang. Jam dinding di dapur sudah menunjukkan pukul 06.00. Dengan sangat terpaksa saya pun berangkat menggunakan angkot yg kebetulan rutenya melewati depan rumah saya yang lama. Namun dasar kampret, naik angkot jam segitu sama aja dengan tindakan bunuh diri karena semua angkot sudah penuh begitu melewati rumah saya. Kalaupun ada yg kosong di angkot berikutnya, perlu perjuangan untuk mendapatkan tempat didalamnya. Dan saya sangat ingat pada pagi itu ada sekitar 9 orang, beserta saya tentunya, yang menunggu giliran untuk dapat meniki angkot yg lewat. Kebetulan 2 orang yg ada disitu adalah tetangga dan teman main bola saya setiap sore. Kalo boleh diibaratkan, ini seperti arena pertempuran di film 300. Dimana kami, 3 orang yg mewakili prajurit Sparta melawan 6 orang yg mewakili Persepam Madura United. Eh, salah. Sisanya mewakili kaum Persia. Bukan memperebutkan kekuasaan, tp rebutan jatah pantat didalem angkot. Dan akhirnyaaa…sampe jam 6.30 angkotnya tidak segera menampakkan diri. Kampret. Untungnya ada anter jemput lain, yg tidak tahu kenapa jam segitu masih aja keliaran di daerah Sawojajar. Dengan berat hati dan berat kaki karena kaki saya digandoli temen saya yg mau ikutan nebeng, saya pun berpisah dengan mereka. Biarlah mereka mencari transportasi alternative agar mereka bisa sampai sekolahnya. Lagian mereka lebay, sekolahnya lho 500 meter doang dari kompleks rumah kami.
Sampai di sekolah pun jamnya mepet. PR juga terbengkalai. Maka saya sukses dijewer oleh guru Bahasa Indonesia saya, belum lagi dipotong poinnya dan disuruh berdiri didepan kelas sampai mata pelajaran tersebut selesai. Pelajaran Olahraga yg saya gadang-gadang menjadi obat pelipur lara pun ternyata tidak menyenangkan hari itu. Pelajaran baris berbaris lah penyebabnya. Dasar guru kampret. Untung saja bola sepak yg ada disitu tidak saya tendang kepadanya. Tapi kalau kena serem juga sih. Guru saya mantan atlet selam. Apa aja dia pernah salami. Laut, Akuarium, bahkan hati guru sejarah juga ia salami. Padahal guru sejarah saya cowok. Tua lagi. Hihihi
Istirahat siang, seperti biasa saya menuju kantin sekolah yg pasti penuh dengan lautan manusia. Dan karena saya terlalu lama ganti baju olahraga, maka penuh sesak lah kantin pada saat itu. Saya juga sebenarnya malas mau bergabung dan berjubel dengan manusia- manusia di kantin tersebut. Namun, karena satu tujuan, yakni pisang goreng kantin yg syahdu, saya rela berdesak-desakan. Tapia pa mau dikata, karena badan saya yg sangat kecil pada saat itu, maka pada saat antrian mulai longgar, habislah hidangan maha lezat tersebut. Perlu kalian ketahui, pada saat kelas 5 SD, hanya saya yg pertumbuhannya terhambat, baik tinggi badan maupun mental sepertinya. Teman-teman saya sudah mengerti apa itu pacaran. Saya masih sibuk ngemut kelereng. Bahkan saking kecilnya saya, dimasukin ke kotak kapur pun sepertinya muat.
Pisang goreng Bu kantin seperti sudah menjadi candu tersendiri bagi saya,teman-teman. Rasanya kalo sehari tanpa pisang goreng itu kurang syahdu hidup saya. Pisang goreng bagaikan belahan hati saya mulai dari kelas 3 SD. Ironis memang, dikala teman-teman saya pada sibuk PDKT dan naksir-naksiran begitu, saya masih terobsesi dengan pisang goreng Bu kantin. Epic!!! (baca: bego akut)
Tidak dapat menikmati pisang goreng Bu kantin membuat mood saya seketika berubah buruk saat itu juga. Saya jadi uring-uringan. Diajak ngobrol sama teman saya, saya diamkan. Pak Guru menyuruh saya maju mengerjakan soal didepan kelas, saya diam saja. Saya dicolek temen saya yg cantik, saya juga diam. Mulut saya yg diam, tangan saya bales colek cewek tadi. Hehehe. Bahkan semakin intens. Yg pertama colek-colekan berubah jadi saling mengusapkan ingus. Enggak kok, bercanda. Mengusapkan upil di meja.
Pulang sekolah pun saya mampir di warung depan sekolah mencari pisang goreng untuk mengembalikan mood saya. Namun warung tersebut tutup. Bahkan dimana-mana warung pada tutup. Saya curiga, apakah ini konspirasi pemerintah dan para penjual warung. Apakah jangan-jangan hari tersebut adalah hari warung sedunia hingga penjual warung pada meliburkan dagangannya. Jadilah sepanjang perjalanan pulang saya diam saja. Kesal karena hari ini buruk, pisang goreng tidak dapat, kebelet pup juga. Oh, Tuhan. Apakah tidak ada yg lebih buruk?
Sampai rumah, saya pun memutuskan untuk tidur siang. Rencananya sore-sore mau cari pisang goreng di tukang gorengan depan rumah. Eh, kampretnya saya yg jago molor ini ketiduran dengan sukses. Jadilah bangun pada saat adzan maghrib menjelang. Saya berlari kedepan rumah dan mendapati tukang gorengan sudah membereskan dagangannya. Oh, mengapa hari ini sial sekali nasib saya.
Saya pun masuk kerumah dengan menundukkan kepala. Nenek saya bertanya mengapa wajah saya kusut begitu. Emang sih, begitu saya bercermin wajah saya kusut banget. Tapi masih tetap imut kok. Hehehe. Saya pun bercerita kejadian seharian tadi. Nenek saya hanya tertawa. Jelas saja semua warung tutup, kan hari itu puasa Ramadhan. Dan saya baru sadar kalau otak saya tidak hanya terlambat berkembang, namun juga tidak berjalan sebagai mana mestinya.
Dan tanpa saya sadari, mama saya sudah membelikan pisang goreng banyak sekali. Bahkan nongkrong dengan indahnya diatas meja makan. Saya bahagia, semua senang, semua ceria. Hehehe

Inilah pengalaman #RamadhanBercerita ku, mana #RamadhanBercerita mu, kawan?? :))
(@omes06)

Jumat, 26 Juli 2013

#RamadhanBercerita - Selamat Ulang Tahun, Penyembah Laron

Hei, temen-temen :))
Bagaimana ibadah puasa kalian? Lancar? Gak pake mampet lagi kan? (Ini puasa apa sembelit?) Puji Tuhan kalau ibadah puasa Ramadhan kalian berjalan dengan lancer-lancar saja. Semoga kuat sampe Lebaran besok y :))
Sebelumnya, saya ingin mengucapkan selamat sekaligus belasungkawa atas ulang tahunnya salah satu anggota keluarga besar @StandUpIndo_MLG sekaligus pencetus ide #RamadhanBercerita ini, yaitu Fariz Syahtria (@Luaposeh) beberapa hari yang lalu. Selamat karena umur bertambah, dan belasungkawa karena secara tidak langsung kesempatan hidupnya telah berkurang setahun lagi. Tapi tidak apa-apa. Hidup seseorang memang harus melalui fase ini. Oleh karena itu, saya ingin mengangkat Fariz sebagai actor utama dalam tulisan saya kali ini. Tentunya sesuai dengan apa yg saya tau dari makhluk ini beserta pengalaman yg saya alami langsung selama mengenalnya.
Ini foto saya bersama dengan penyembah X-banner StandUpIndo_MLG

Secara lahiriah, Fariz tidak berbeda dengan lelaki galau kebanyakan. Mengapa saya bilang lelaki galau? Karena seorang pemuda yg sudah akil balik namun belum merasakan manfaat dari akil balik ini belum pantas diklasifikasikan sebagai lelaki, namun sudah tidak menjadi anak laki-laki lagi. Begitulah,berooo. Secara fisik, tidak ada yg istimewa dari pemuda ini. Mungkin hanya bentuk tubuhnya saja yg menyerupai hanger pakaian, karena lebih banyak tulang dan dosa ketimbang daging dan lemak, yg menonjol pada penampilannya. Selain itu matanya yg terlihat sedikit sayu pada awalnya, namun penuh arti. Mengartikan bahwa ada sesosok manusia abnormal yg terpendam didalam dirinya. Awalnya, saya juga berpendapat bahwa makhluk ini adalah lelaki biasa yg banyak ditemui di masyarakat, dengan kelebihan di wajahnya yg lumayan cantik untuk ukuran laki-laki. Namun ternyata setelah saya cukup lama bergabung di komunitas Stand Up Comedy Malang, saya memahami siapa sebenarnya manusia yang (tidak) tampak aneh ini (pada awalnya).
Fariz adalah pribadi yg unik. Menurut saya, komika-komika yg menempuh pendidikan di Universitas Brawijaya, semuanya memiliki keunikan. Namun, Fariz berbeda. Dia unik lahir batin. Mungkin dulu dia lahir bukan melalui proses kelahiran normal, melainkan melalui rekayasa genetika antara senyawa kimia, sperma, dengan *madu 10mg(1). Karena, disadari maupun tidak, sedikit celetukannya bisa membuat orang tertawa terbahak-bahak, bahkan rela berdosa dengan mengumpat apa yg dia katakana dan apa yg dia lakukan. Amazing :D
Di suatu kesempatan, setelah beberapa komika mengikuti lomba Stand Up Comedy yg diadakan oleh sebuah perusahaan rokok, seperti biasa kami berkumpul sejenak untuk mempererat tali persaudaraan dengan meminum segelas STMJ hangat di SOB. Disitulah, celetukan makhluk abnormal ini tentang cerita mas Arie Kriting berawal. Dengan satu kata, “LARON”, makhluk abnormal ini sukses memecahkan keheningan malam itu. Bahkan beberapa komika, termasuk saya, larut dalam guyonan seputar laron ini. Entah mengapa, kami seperti merasa terhipnotis untuk mengamini pikiran sesat Fariz. Bahkan kami menjadi lebih kreatif dari sebelumnya. Sungguh keren Fariz ini. Namun disatu sisi, kami merasa bodoh karena mengikuti kebodohan makhluk abnormal ini. Selain itu dia juga sering tiba-tiba menjadi pelopor dalam memecah kesuntukan diantara kami. Aneh, namun penuh aksi.
Tapi, kalian belum bisa mengambil kesimpulan sepihak saja, bahwa Fariz adalah seorang manusia yg mempunyai otak dan imajinasi yg tidak hanya liar, namun juga mampu merusak mindset professor sekalipun. Karena, sebagai mahasiswa, blogger, komika, dan tentunya penyembah laron, dia adalah pribadi yg mampu untuk serius dalam tingkah laku, perbuatan, bahkan kata-katanya. Bisa kalian baca postingannya seputar ketidak adilan yg saat ini marak terjadi di Negara kita, berjudul *“Aku, Kami, Mereka Butuh Keadilan”(2). Di tulisannya tersebut, terlihat bahwa dia juga manusia biasa yg memiliki masalah dalam hidupnya. Sepintas, orang melihat bahwa Fariz adalah orang yg tidak memiliki beban dalam hidupnya, selalu tertawa disetiap kesempatan dan selalu membuat orang tertawa terbahak-bahak. Dan sebenarnya pendapat-pendapat tersebut benar adanya dan itu tidak bisa disalahkan juga. Hanya saja, apabila kalian membaca blognya, kalian dapat memahami keunikan pribadi Fariz. Fariz sendiri adalah pribadi yg hangat, baik, dan setia kawan. Saya senang punya teman abnormal seperti dia, terlebih saya merasa tersanjung karena beberapa saat yg lalu, dia memberikan saya kesempatan untuk openmic di sebuah acara yg diadakan oleh sebuah fakultas di kampusnya.
Apa yg dia bahas pada postingan tersebut, sebenarnya juga menimpa saya. SSB memang kadang pilih kasih terhadap pemainnya. Saya yg awalnya dulu pernah menjadi bagian dari SSB Persema Junior, yg saat itu lebih bagus daripada saudara mudanya SSB Arema Junior, juga mengalami hal yg sama. Janji-janji pelatih untuk memainkan dalam sebuah pertandingan hanyalah janji semata. Oleh karena itu, saya menyeberang ke tim tetangga, SSB Arema Junior. Memang fasilitasnya tidak sebagus SSB tetangga, namun kesempatan bermain lebih merata disana. Terbukti bahwa akademinya lebih menghasilkan pemain-pemain berkualitas saat ini.
Eh, kok malah bahas SSB sih. Maaf y temen-temen. Saya mudah tergoda sih. Kecuali godaan pindah agama. Hehe. Yg pasti, semoga ulang tahun di bulan yg penuh berkah ini menjadikan Fariz semakin ingat dengan Tuhan, semakin memahami arti hidup, dan semakin liar dalam berimajinasi. Sedikit banyak saya sebagai salah seorang temannya merasa bangga karena beberapa waktu yg lalu dia sempat mewakili Jawa Timur dalam gelaran Stand Up Festival yg diadakan di Jakarta. Salut buat kamu,berooo. Teruslah berkarya dan tetaplah buat bangga kedua orang tuamu, pacar, dan keluarga besar Stand Up Comedy Malang. Kami bangga mengenalmu. Happy Birthday!!! Tuhan memberkati :))
Itu Fariz bawa-bawa HT buat ngajak temen-temennya nyembah X-banner

Ini #RamadhanBercerita ku, mana #RamadhanBercerita mu, temen-temen? :))
(@omes06)
Jangan lupa untuk check #RamadhanBercerita di twitter y. Banyak karya-karya menarik disana. Silakan mampir :))
KUTIPAN
  1. Salah satu bit mas Indra Cahya (@kitipz) Mau tau lengkapnya? Tonton dong performnya :D

Jumat, 12 Juli 2013

#RamadhanBercerita - Aduuuh... Kena Grebek Nih

Selamat malam, temen-temen :))
Apa kabar semuanya? Baik-baik kan? Apa ada yg kurang baik? Saran saya cepet2 buka LKS PKn anak SD deh. Disana bakalan diajarin yg baik-baik kok :3
Well, ini postingan saya yg kedua di #RamadhanBercerita dan ada kejadian yg cukup g enak di siang hari ini tadi. Iya gak enak banget. Kayak kentut yg udah ditahan dari awal kencan dan kemudian keluar begitu saja dengan biadabnya pada saat candle light dinner bareng gebetan. Iya, gebetannya sahabat sendiri. Udah gitu keluarnya bareng sama ampas-ampasnya sekalian. Ampuuunnn
Saya rasa sudah jelas bahwa tidak boleh ada lagi tindakan “sweeping” yg mengatasnamakan ormas sebuah agama di bulan suci Ramadhan di tahun ini. Di TV juga udah ada beritanya kok. Saya rasa kita sebagai manusia yg memiliki akal budi dan kecerdasan yg baik, bisa menempatkan diri dan mampu bertoleransi dengan baik terhadap pemeluk agama lain. Namun masih ada saja segelintir orang-orang sok pentil eh penting yg entah tidak mau peduli atau memang terlalu bodoh untuk berpikir bahwa mereka hidup sebagai bangsa Indonesia yg hidup dalam keberagaman agama. Aneh saja sih, padahal dengan mengatasnamakan suatu agama, tidak sepatutnya lagi untuk melakukan tindakan-tindakan anarki untuk menunjukkan eksistensinya. Justru malah hal ini akan menurunkan respek dan menambah citra buruk ormas tersebut. Kan kasian citra kalo buruk. Apalagi buruk rupa. Kan kasian dia jadi g bisa muncul lg di TV.
Siang itu, saya sedang mengantarkan pesanan dari pabrik pakdhe temen saya yang berlokasi di daerah Gianyar ke sebuah toko kerajinan perak di daerah Negara bersama dengan teman saya. Saya sama sekali buta arah di Bali ini. Buta juga karena cintamu sih, salah sendiri cintamu gak terdaftar di Gudel Maps. Jadi makannya saya awet jomblo. Eh, ini apaan ya. Oiya, asal kalian tau, jalanan di Bali itu besar-besar, tapi di bagian pedalaman itu rata-rata sepi dengan kendaraan, sama kayak hatiku sepi tanpa…ah biarkan. Tapi saya suka sekali dengan atmosfir dan suasana di pulau yg keren ini. Dan saya baru tau kalau perjalanan dari Gianyar ke Negara itu jauhnya minta ampun Belum lagi udara Bali yg panas semakin membuat saya tersiksa. Tapi panasnya mungkin belum sepanas api neraka, saudara-saudara sekalian. Jadi demi kebahagiaan anda di surge nanti, maka mulai sekarang cobalah untuk bertobat, saudara-saudara. Perlu kalian ketahui bahwa kerajaan Allah sudah dekat. Percayalah.. Percayalah.. Maaf, saya terlalu bersemangat, temen-temen. Kesambet setan pastor Londho barusan. Hehehe
Dan ceritanya saya itu belum makan apapun sepanjang pagi tadi. Saya niatnya mau ikutan sahur, tapi di keluarga pakdhe temen saya nasrani semua. Mau ikut sahur tetangga, saya baru inget kalo di Bali mayoritas pemeluk agama Hindu. Mau sahur sendiri takut murtad, yasudah akhirnya saya putuskan untuk terlelap setelah berdoa malam di jam 3 pagi tadi. Tapi karena emang dasar kucrut, saya bangun telat. Alhasil, saya langsung bantu-bantu tanpa mandi dan sarapan dulu. Kebayang kan kalau tubuh saya yg cekingnya kelewat seksi dan atletis ini gak dikasih asupan gizi mulai dari pagi? Bisa ketauan hasilnya kalau saya bisa epilepsy dengan sukses. Apalagi dengan suasana Bali yg super hot sama kayak Miyabi yg lagi sauna. Wuidihh hot banget tuh.
Anyway, akhirnya saya dan teman saya kemudian memutuskan untuk mampir di sebuah warung di daerah Negara untuk sekedar beristirahat sejenak dan mengisi perut yg kosong. Baru saja kami memesan sebuah makanan, tiba-tiba saja ada ormas datang dan merazia orang-orang yg makan di warung tersebut. Belum lagi mereka meminta pemilik warung untuk menutup warungnya. Kami heran, kok bisa-bisanya di pulau dewata ini ada kegiatan aneh bin ajaib macam ini. Sungguh ini pengalaman pertama buat kami. Menyaksikan penggrebekan semacam ini membuat kami takut. Dulu pernah sih menyaksikan penggrebekan, tapi bukan yg semacam ini. Paling mentok sih penggrebekan waria di daerah Kembang Kuning Surabaya. Kebetulan waktu itu saya lagi insyaf pingin menjiwai dalam peran waria di pementasan drama musical SMA. Eh, terlalu menjiwai ternyata. Hehehe
Sebenarnya cukup kaget juga dengan penggrebekan yg semacam ini. Apalagi hal itu menimpa kami secara langsung. Memang tidak sampai menjurus ke tindakan-tindakan anarki. Namun, sewajarnya kita sebagai sesame umat beragama yg memiliki akhlak mulia, sebaiknya memahami juga bahwa pedagang yg berjualan di warung tersebut hanya ingin mencari nafkah untuk keluarganya. Dan meskipun warga di sekitar daerah tersebut banyak yg menjalankan ibadah puasa, namun kepentingan masing-masing pihak seyogyanya dipahami dan dihadapi dengan pemikiran dan tindakan yg dewasa. Secara etis, toh pedagang itu juga sudah menutup sebagian besar bangunan warungnya agar orang-orang yg tidak puasa tidak terlihat tidak sopan apabila sedang menikmati makanannya. Hal ini lebih kepada pendewasaan mental masing-masing sih menurut saya. Kalaupun ingin dihormati, mending pake cara-cara yg lebih halus. Misalnya coba pake sabun Shinzui yg gak hanya bikin putih tapi juga bisa bikin halus. Saya pernah lho dulu. Bukan hanya kulit yg halus, bulu kaki saya juga ikutan halus. Dan sebaiknya tidak perlu lagi ada tindakan-tindakan yg bisa membuat kerugian bagi pihak-pihak lain. Kan g enak juga, di bulan yg penuh pahala ini, dimana seharusnya kita diberi kelimpahan berkat, tapi justru mencorengnya dengan tindakan-tindakan yg merugikan diri kita sendiri dan orang lain. Jadi sebisa mungkin jangan mencoreng kebaikan-kebaikan yg selama ini kita lakukan ya, temen-temen. Iya, coreng. Itu lho yg biasanya luka kalau kering bisa jadi “coreng” :3
Jadi, pesan yg bisa diambil berdasarkan pengalaman saya hari ini adalah:
  1. Jangan pernah enggak sarapan. Karena sarapan itu penting. Kalo g bisa sarapan, mending cobain sahur aja,berooo. Kalo bisa sahur yg ada temennya, jangan sendirian. Ntar dikira jomblo.
  2. Jangan pernah melawan sama ormas-ormas yg melakukan sweeping. Biarin aja mereka sweeping. Toh, kalian yg bener kok. Mereka yg salah. Mereka gak bisa bahasa Inggris. Kalo niat sweeping ya pake sapu, bukan bawa-bawa tongkat. Emangnya ini Hogwarts?
  3. Jangan pernah kalian tidak menurut pada orang tua. Karena itu hukumnya haram. Di Alkitab aja ada 10 perintah Allah di cerita Nabi Musa yg salah satu isinya tentang menghormati kedua orang tua kita. Makannya, cepet-cepet bertobat gih. Kerajaan Allah sudah dekat lho.
  4. Jangan terlalu dipikirin poin ke 3. Biasa, kesambet setan pastor Londho lagi kayaknya :3
So, jgn lupa untuk posting #RamadhanBercerita mu y,berooo. Biar g kena grebek. Grebek bakso :p
#Halleluya

Kamis, 11 Juli 2013

#RamadhanBercerita - Nenekku Jagoanku

Hai, temen-temen :))

Sebenernya ini bukan pertama kalinya saya bikin tulisan di blog. Sebelumnya sih juga udah pernah, cuma lupa aja password buat buka akunnya. Biasa, saya orangnya sibuk banget. Sibuk mikirin utang yg belom lunas. Iya, utang buat nraktir kamu cilok bakar sama areng-arengnya sekalian itu. Hehehe..:3

Anyway, #RamadhanBercerita ini adalah gagasan yang bagus dari temen saya Fariz (@Luaposeh), yang dibalik tingkah laku yg abnormal dan tutur kata yg sedikit tidak sesuai dengan EYD yang disempurnakan, sudah sukses untuk membuat sebagian orang menuturkan pengalaman dan harapan-harapannya pada bulan suci yang penuh berkah ini, bulan suci Ramadhan. Saya juga membaca sebagian tulisan teman-teman saya dengan keunikan dan kekonyolannya masing-masing. Maka didasari oleh semangat rela dilecehkan, maka saya mencoba untuk berbagi pengalaman juga seputar bulan Ramadhan yang saya alami (pernyataan halus untuk menutupi kalau saya sebenernya juga ikut-ikutan posting.hehehe)

Well, sebenernya saya hidup di keluarga yang serba majemuk. Multi kultur, Multi Keyakinan Beragama, Multi Level Marketing, eh...lupakan. Itu yang menuntut saya untuk mengahrgai masing-masing individuyang ada. Kebetulan ayah dan ibu saya juga hidup dikeluarga yang bebas memeluk agama apapun, yang jelas di E-KTP bisa tercantum jelas dan tidak menimbulkan pergunjingan. Misalnya pada kolom agama tercetak penyembah biji jagung, itu jelas bisa dipastikan bukan dari keturunan keluarga saya. Hehehe. Oke kembali ke topik. Karena itulah, tidak heran pada saat ada acara kumpul keluarga, ada yg pada saat makan, berdoanya pake tanda salib dan ada pula yg tidak. Ada yg menyempatkan diri untuk sholat, sementara yg lain tidak. Namun keragaman inilah yg membuat keluarga besar kami kompak. Tak terkecuali pada saat bulan suci Ramadhan tiba.

Dan pada saat itu, kalau tidak salah hari pertama puasa tahun lalu, saya pulang larut malam. Sekitar jam 1 pagi lah. Kebetulan saat itu saya bekerja di sebuah Cafe yg cukup terkenal di Malang. Saya yang merasa sangat apek, setelah memasuki rumah segera berniat untuk merebahkan diri. Namun, sekitar pukul 2 pagi, saya kaget dan terjaga dengan sangat. saya mendengar suara berisik dari arah dapur. Perlu kalian ketahui, saya orang yg paling berani di rumah setelah kucing buluk saya. pernah saking pemberaninya kucing saya, dia berani berkelana dan baru pulang  3 hari kemudian dalam keadaan basah kuyup. Ternyata emang kucing saya lupa jalan pulang terus nyebur selokan. Tapi tetep aja dia masih kelihatan macho dan keren kok. Eh, kok malah nggelambyar seh. Hehehe. Iya, saya hanya berpikir positif bahwa suara yg ditimbulkan itu pasti erasal dari kucing saya. Tapi kok kucing saya tidur di sebelah saya. Saya pikir itu ayah saya. Karena ayah saya hobi banget bongkar-bongkar kulkas buat nyari ikan asin Tapi pemikiran itu segera saya buang jauh-jauh, karena saya baru sadar kalau ayah saya sudah meninggal bertahun tahun yg lalu setelah saya melihat fotonya di atas TV. Daripada saya mikir kalo yg bikin kegaduhan di dapur adalah Maria Ozawa yg sedang kelaparan, maka saya memutuskan utuk memastikan yang sebenarnya. Dan tanpa diduga dan dinyana, ternyata suara itu berasal dari nenek saya. Buyarlah imajinasi saya tentang Maria Ozawa tadi. Tapi biarin lah, masih bisa mengkhayal lagi kok nanti. Hehehe.

Saya heran kenapa nenek saya bangun sepagiini. Ternyata beliau sedang masak untuk mempersiapkan sahurnya di hari yang pertama ini. Nenek saya adalah seorang muslim yg baik. Walaupun kami satu rumah adalah seorang nasrani yg taat, beliau tetap bahagia hidup ditengah kemajemukan keluarga kami. Beliau adalah satu-satunya muslim di rumah kami. Namun itu tidak membuatnya lupa akan syariat agama yg dipeluknya. Dengan mata berat, saya pun menemani beliau memasak sahur perdananya ini. Sedikit janggal buat saya karena ini pertama kalinya saya menemani beliau mempersiapkan segalanya di awal puasa ini. Dengan semangat dan cekatan, tangan tua beliau mulai menghasilkan sebuah hidangan yg menurut saya sederhana namun terlihat sangat sedap untuk disantap. Kami pun mulai berbincang sambil menyantap masakan yg beliau buat tadi. Dan untuk pertama kalinya pula saya merasakan nikmatnya santap sahur dan berbincang hangat di pagi-pagi buta seperti ini. Beliau menceritakan pengalamannya selama bulan Ramadhan di tahun-tahun yg lalu. Kesendirian dalam melaksanakan ibadah puasa Ramadhan tidak membuatnya patah arang. Bahkan, beliau pernah puasa utuh hingga hari raya Idul Fitri tiba. Saya salut dengan usianya yg sudah bisa dibilang memasuki masa senja, namun semangatnya mengalahkan semangat saya dalam belajar sepulang kuliah. Ini membuat saya berpikir ulang untuk memperbaiki semangat saya yg luntur. Bahkan satu hal yg membuat saya trenyuh adalah saat dimana beliau memberi wejangan pada saya untuk memperbanyak doa novena (semacam doa panjang yg biasanya didoakan umat Katolik disaat menghadapi kesusahan dan pada saat meminta pertolongan maupun menyampaikan harapan untuk kesuksesan) agar saya dan keluarga selalu diberi keselamatan dan lancar dalam setiap aktivitas kami. Saat itu juga saya menangis danmemeluk nenek saya dengan erat. Bagaimana bisa seorang yg sudah memasuki usia lanjut masih memiliki kebijakan yg begitu besar. Selain itu semangatnyalah yg membuat saya sadar bahwa saya bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa di dunia ini tanpa beliau dan orang tua saya.

Sejak saat itu, saya mulai rajin bangun pagi-pagi buta untuk menemani nenek saya mempersiapkan santap sahurnya. Bahkan saya sengaja bangun lebih dulu untuk menjadi alarm bagi beliau. Sebenarnya sudah sejak lama momen puasa Ramadhan di keluarga kami berlangsung seru dan khidmat. Disaat nenek saya puasa, maka saya, almarhum ayah, ibu, serta adek-adek saya selalu menghormati dengan tidak makan dan minum di hadapannya. Bahkan tidak jarang kami juga ikut berpuasa untuk menghargai nenek saya. Namun, nenek saya melarang hal ini. arena toleransi yang sebenarnya tidak perlu harus seperti itu. Cukup saling memahami dan saling mengingatkan apabila ada momen yg salah, ataupun momen-momen yg terlupakan. Dan Puji Tuhan kami bahagia dengan keadaan keluarga kami yg serba unik ini.

Sampai saat ini, kebiasaan saya masih ingin saya teruskan, namun apa daya saat ini saya sedang mencoba peruntungan saya di lain lokasi. Namun, saya selalu merindukan momen-momen sahur yg sungguh keren tadi bersama nenek saya. Saya berharap hingga akhirusianya, saya masih mampu untuk menemani bahkan mempersiapkan sendiri santap sahur untuk beliau :))

Actualy, that's my story on my first post of #RamadhanBercerita...Where's your #RamadhanBercerita guys?? :))