Sabtu, 12 Oktober 2013

#RamadhanBercerita – Sekelumit Pisang Goreng



Hai, teman-teman sekalian :))
Maaf ya saya sudah lama tidak posting cerita. Beberapa hari ini saya sibuk. Sibuk mikirin kerjaan, sibuk mikirin kenaikan bahan-bahan pokok di pasar, sibuk mikirin Olga yg selalu dateng telat di acara Pesbuker.
Okeh, malem ini saya mau cerita tentang pengalaman saya waktu kelas 5 SD. Waktu saya imut-imutnya dulu. Sekarang masih imut sih, tapi lebih banyak eksotisnya. Okeh, skip.
Pada suatu hari yg mengesalkan, saya pulang ke rumah naik angkot seperti biasanya. Dalam keadaan lapar parah. Jarak dari sekolah ke rumah kira-kira 35 menit kalau ditempuh menggunakan angkot. Dan mengapa saya bilang hari itu mengesalkan? Karena sedari pagi saya sudah uring-uringan. Pagi harinya, saya sebenarnya beangkat ke sekolah naik antar jemput langganan yg biasanya menjemput pukul 05.30. Namun entah mengapa pada hari itu tidak seperti biasanya, antar jemput yg biasanya datang tepat waktu, tak kunjung datang. Jam dinding di dapur sudah menunjukkan pukul 06.00. Dengan sangat terpaksa saya pun berangkat menggunakan angkot yg kebetulan rutenya melewati depan rumah saya yang lama. Namun dasar kampret, naik angkot jam segitu sama aja dengan tindakan bunuh diri karena semua angkot sudah penuh begitu melewati rumah saya. Kalaupun ada yg kosong di angkot berikutnya, perlu perjuangan untuk mendapatkan tempat didalamnya. Dan saya sangat ingat pada pagi itu ada sekitar 9 orang, beserta saya tentunya, yang menunggu giliran untuk dapat meniki angkot yg lewat. Kebetulan 2 orang yg ada disitu adalah tetangga dan teman main bola saya setiap sore. Kalo boleh diibaratkan, ini seperti arena pertempuran di film 300. Dimana kami, 3 orang yg mewakili prajurit Sparta melawan 6 orang yg mewakili Persepam Madura United. Eh, salah. Sisanya mewakili kaum Persia. Bukan memperebutkan kekuasaan, tp rebutan jatah pantat didalem angkot. Dan akhirnyaaa…sampe jam 6.30 angkotnya tidak segera menampakkan diri. Kampret. Untungnya ada anter jemput lain, yg tidak tahu kenapa jam segitu masih aja keliaran di daerah Sawojajar. Dengan berat hati dan berat kaki karena kaki saya digandoli temen saya yg mau ikutan nebeng, saya pun berpisah dengan mereka. Biarlah mereka mencari transportasi alternative agar mereka bisa sampai sekolahnya. Lagian mereka lebay, sekolahnya lho 500 meter doang dari kompleks rumah kami.
Sampai di sekolah pun jamnya mepet. PR juga terbengkalai. Maka saya sukses dijewer oleh guru Bahasa Indonesia saya, belum lagi dipotong poinnya dan disuruh berdiri didepan kelas sampai mata pelajaran tersebut selesai. Pelajaran Olahraga yg saya gadang-gadang menjadi obat pelipur lara pun ternyata tidak menyenangkan hari itu. Pelajaran baris berbaris lah penyebabnya. Dasar guru kampret. Untung saja bola sepak yg ada disitu tidak saya tendang kepadanya. Tapi kalau kena serem juga sih. Guru saya mantan atlet selam. Apa aja dia pernah salami. Laut, Akuarium, bahkan hati guru sejarah juga ia salami. Padahal guru sejarah saya cowok. Tua lagi. Hihihi
Istirahat siang, seperti biasa saya menuju kantin sekolah yg pasti penuh dengan lautan manusia. Dan karena saya terlalu lama ganti baju olahraga, maka penuh sesak lah kantin pada saat itu. Saya juga sebenarnya malas mau bergabung dan berjubel dengan manusia- manusia di kantin tersebut. Namun, karena satu tujuan, yakni pisang goreng kantin yg syahdu, saya rela berdesak-desakan. Tapia pa mau dikata, karena badan saya yg sangat kecil pada saat itu, maka pada saat antrian mulai longgar, habislah hidangan maha lezat tersebut. Perlu kalian ketahui, pada saat kelas 5 SD, hanya saya yg pertumbuhannya terhambat, baik tinggi badan maupun mental sepertinya. Teman-teman saya sudah mengerti apa itu pacaran. Saya masih sibuk ngemut kelereng. Bahkan saking kecilnya saya, dimasukin ke kotak kapur pun sepertinya muat.
Pisang goreng Bu kantin seperti sudah menjadi candu tersendiri bagi saya,teman-teman. Rasanya kalo sehari tanpa pisang goreng itu kurang syahdu hidup saya. Pisang goreng bagaikan belahan hati saya mulai dari kelas 3 SD. Ironis memang, dikala teman-teman saya pada sibuk PDKT dan naksir-naksiran begitu, saya masih terobsesi dengan pisang goreng Bu kantin. Epic!!! (baca: bego akut)
Tidak dapat menikmati pisang goreng Bu kantin membuat mood saya seketika berubah buruk saat itu juga. Saya jadi uring-uringan. Diajak ngobrol sama teman saya, saya diamkan. Pak Guru menyuruh saya maju mengerjakan soal didepan kelas, saya diam saja. Saya dicolek temen saya yg cantik, saya juga diam. Mulut saya yg diam, tangan saya bales colek cewek tadi. Hehehe. Bahkan semakin intens. Yg pertama colek-colekan berubah jadi saling mengusapkan ingus. Enggak kok, bercanda. Mengusapkan upil di meja.
Pulang sekolah pun saya mampir di warung depan sekolah mencari pisang goreng untuk mengembalikan mood saya. Namun warung tersebut tutup. Bahkan dimana-mana warung pada tutup. Saya curiga, apakah ini konspirasi pemerintah dan para penjual warung. Apakah jangan-jangan hari tersebut adalah hari warung sedunia hingga penjual warung pada meliburkan dagangannya. Jadilah sepanjang perjalanan pulang saya diam saja. Kesal karena hari ini buruk, pisang goreng tidak dapat, kebelet pup juga. Oh, Tuhan. Apakah tidak ada yg lebih buruk?
Sampai rumah, saya pun memutuskan untuk tidur siang. Rencananya sore-sore mau cari pisang goreng di tukang gorengan depan rumah. Eh, kampretnya saya yg jago molor ini ketiduran dengan sukses. Jadilah bangun pada saat adzan maghrib menjelang. Saya berlari kedepan rumah dan mendapati tukang gorengan sudah membereskan dagangannya. Oh, mengapa hari ini sial sekali nasib saya.
Saya pun masuk kerumah dengan menundukkan kepala. Nenek saya bertanya mengapa wajah saya kusut begitu. Emang sih, begitu saya bercermin wajah saya kusut banget. Tapi masih tetap imut kok. Hehehe. Saya pun bercerita kejadian seharian tadi. Nenek saya hanya tertawa. Jelas saja semua warung tutup, kan hari itu puasa Ramadhan. Dan saya baru sadar kalau otak saya tidak hanya terlambat berkembang, namun juga tidak berjalan sebagai mana mestinya.
Dan tanpa saya sadari, mama saya sudah membelikan pisang goreng banyak sekali. Bahkan nongkrong dengan indahnya diatas meja makan. Saya bahagia, semua senang, semua ceria. Hehehe

Inilah pengalaman #RamadhanBercerita ku, mana #RamadhanBercerita mu, kawan?? :))
(@omes06)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar