Hai, teman-teman sekalian :))
Maaf ya saya sudah lama tidak posting cerita. Beberapa hari
ini saya sibuk. Sibuk mikirin kerjaan, sibuk mikirin kenaikan bahan-bahan pokok
di pasar, sibuk mikirin Olga yg selalu dateng telat di acara Pesbuker.
Okeh, malem ini saya mau cerita tentang pengalaman saya
waktu kelas 5 SD. Waktu saya imut-imutnya dulu. Sekarang masih imut sih, tapi
lebih banyak eksotisnya. Okeh, skip.
Pada suatu hari yg mengesalkan, saya pulang ke rumah naik
angkot seperti biasanya. Dalam keadaan lapar parah. Jarak dari sekolah ke rumah
kira-kira 35 menit kalau ditempuh menggunakan angkot. Dan mengapa saya bilang
hari itu mengesalkan? Karena sedari pagi saya sudah uring-uringan. Pagi
harinya, saya sebenarnya beangkat ke sekolah naik antar jemput langganan yg
biasanya menjemput pukul 05.30. Namun entah mengapa pada hari itu tidak seperti
biasanya, antar jemput yg biasanya datang tepat waktu, tak kunjung datang. Jam
dinding di dapur sudah menunjukkan pukul 06.00. Dengan sangat terpaksa saya pun
berangkat menggunakan angkot yg kebetulan rutenya melewati depan rumah saya
yang lama. Namun dasar kampret, naik angkot jam segitu sama aja dengan tindakan
bunuh diri karena semua angkot sudah penuh begitu melewati rumah saya. Kalaupun
ada yg kosong di angkot berikutnya, perlu perjuangan untuk mendapatkan tempat
didalamnya. Dan saya sangat ingat pada pagi itu ada sekitar 9 orang, beserta
saya tentunya, yang menunggu giliran untuk dapat meniki angkot yg lewat.
Kebetulan 2 orang yg ada disitu adalah tetangga dan teman main bola saya setiap
sore. Kalo boleh diibaratkan, ini seperti arena pertempuran di film 300. Dimana
kami, 3 orang yg mewakili prajurit Sparta melawan 6 orang yg mewakili Persepam
Madura United. Eh, salah. Sisanya mewakili kaum Persia. Bukan memperebutkan
kekuasaan, tp rebutan jatah pantat didalem angkot. Dan akhirnyaaa…sampe jam
6.30 angkotnya tidak segera menampakkan diri. Kampret. Untungnya ada anter
jemput lain, yg tidak tahu kenapa jam segitu masih aja keliaran di daerah
Sawojajar. Dengan berat hati dan berat kaki karena kaki saya digandoli temen
saya yg mau ikutan nebeng, saya pun berpisah dengan mereka. Biarlah mereka
mencari transportasi alternative agar mereka bisa sampai sekolahnya. Lagian
mereka lebay, sekolahnya lho 500 meter doang dari kompleks rumah kami.
Sampai di sekolah pun jamnya mepet. PR juga terbengkalai.
Maka saya sukses dijewer oleh guru Bahasa Indonesia saya, belum lagi dipotong
poinnya dan disuruh berdiri didepan kelas sampai mata pelajaran tersebut
selesai. Pelajaran Olahraga yg saya gadang-gadang menjadi obat pelipur lara pun
ternyata tidak menyenangkan hari itu. Pelajaran baris berbaris lah penyebabnya.
Dasar guru kampret. Untung saja bola sepak yg ada disitu tidak saya tendang
kepadanya. Tapi kalau kena serem juga sih. Guru saya mantan atlet selam. Apa
aja dia pernah salami. Laut, Akuarium, bahkan hati guru sejarah juga ia salami.
Padahal guru sejarah saya cowok. Tua lagi. Hihihi
Istirahat siang, seperti biasa saya menuju kantin sekolah yg
pasti penuh dengan lautan manusia. Dan karena saya terlalu lama ganti baju
olahraga, maka penuh sesak lah kantin pada saat itu. Saya juga sebenarnya malas
mau bergabung dan berjubel dengan manusia- manusia di kantin tersebut. Namun,
karena satu tujuan, yakni pisang goreng kantin yg syahdu, saya rela
berdesak-desakan. Tapia pa mau dikata, karena badan saya yg sangat kecil pada
saat itu, maka pada saat antrian mulai longgar, habislah hidangan maha lezat
tersebut. Perlu kalian ketahui, pada saat kelas 5 SD, hanya saya yg
pertumbuhannya terhambat, baik tinggi badan maupun mental sepertinya.
Teman-teman saya sudah mengerti apa itu pacaran. Saya masih sibuk ngemut
kelereng. Bahkan saking kecilnya saya, dimasukin ke kotak kapur pun sepertinya
muat.
Pisang goreng Bu kantin seperti sudah menjadi candu
tersendiri bagi saya,teman-teman. Rasanya kalo sehari tanpa pisang goreng itu
kurang syahdu hidup saya. Pisang goreng bagaikan belahan hati saya mulai dari
kelas 3 SD. Ironis memang, dikala teman-teman saya pada sibuk PDKT dan
naksir-naksiran begitu, saya masih terobsesi dengan pisang goreng Bu kantin.
Epic!!! (baca: bego akut)
Tidak dapat menikmati pisang goreng Bu kantin membuat mood
saya seketika berubah buruk saat itu juga. Saya jadi uring-uringan. Diajak
ngobrol sama teman saya, saya diamkan. Pak Guru menyuruh saya maju mengerjakan
soal didepan kelas, saya diam saja. Saya dicolek temen saya yg cantik, saya
juga diam. Mulut saya yg diam, tangan saya bales colek cewek tadi. Hehehe.
Bahkan semakin intens. Yg pertama colek-colekan berubah jadi saling mengusapkan
ingus. Enggak kok, bercanda. Mengusapkan upil di meja.
Pulang sekolah pun saya mampir di warung depan sekolah
mencari pisang goreng untuk mengembalikan mood saya. Namun warung tersebut
tutup. Bahkan dimana-mana warung pada tutup. Saya curiga, apakah ini konspirasi
pemerintah dan para penjual warung. Apakah jangan-jangan hari tersebut adalah
hari warung sedunia hingga penjual warung pada meliburkan dagangannya. Jadilah
sepanjang perjalanan pulang saya diam saja. Kesal karena hari ini buruk, pisang
goreng tidak dapat, kebelet pup juga. Oh, Tuhan. Apakah tidak ada yg lebih
buruk?
Sampai rumah, saya pun memutuskan untuk tidur siang.
Rencananya sore-sore mau cari pisang goreng di tukang gorengan depan rumah. Eh,
kampretnya saya yg jago molor ini ketiduran dengan sukses. Jadilah bangun pada
saat adzan maghrib menjelang. Saya berlari kedepan rumah dan mendapati tukang
gorengan sudah membereskan dagangannya. Oh, mengapa hari ini sial sekali nasib
saya.
Saya pun masuk kerumah dengan menundukkan kepala. Nenek saya
bertanya mengapa wajah saya kusut begitu. Emang sih, begitu saya bercermin
wajah saya kusut banget. Tapi masih tetap imut kok. Hehehe. Saya pun bercerita
kejadian seharian tadi. Nenek saya hanya tertawa. Jelas saja semua warung
tutup, kan hari itu puasa Ramadhan. Dan saya baru sadar kalau otak saya tidak
hanya terlambat berkembang, namun juga tidak berjalan sebagai mana mestinya.
Dan tanpa saya sadari, mama saya sudah membelikan pisang
goreng banyak sekali. Bahkan nongkrong dengan indahnya diatas meja makan. Saya
bahagia, semua senang, semua ceria. Hehehe
Inilah pengalaman #RamadhanBercerita ku, mana
#RamadhanBercerita mu, kawan?? :))
(@omes06)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar